Sabtu, 06 Juli 2013

Ketika poligami menjadi sebuah pilihan

Poligami, sebenarnya tidak lagi dianggap hal yang tabu dalam masyarakat kita. Ini terbukti dengan banyaknya laki-laki yang melakukan poligami. Laki-laki kawin atau menikah dengan lebih dari satu orang perempuan. bahkan, poligami sudah mengakar dan menjadi tradisi di negeri kita. Lalu, apakah poligami itu sesuatu yang disukai oleh perempuan? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Poligami adalah sebuah perbuatan yang mengancam kelanggengan sebuah keluarga. Bahkan poligami bisa menghancurkan sebuah keluarga. Seharusnya, poligami harus dihentikan. Perempuan mana yang mau dijadikan korban poligami? Kita yakin tidak ada yang mau. Oleh sebab itu, perempuan sangat membenci poligami. Maka perempuan selalu berusaha melakukan segala cara untuk mencegah poligami.

Ketika poligami menjadi sebuah pilihan bagi laki-laki, maka perempuan akan selalu menjadi korban. Karena poligami sering berbuah tindak kekerasan. Poligami juga menyebabkan tindak pelecehan terhadap perempuan. Bahkan poligami selalu pula berbuah ketidakadilan terjadi terhadap perempuan. Rasanya tidak ada perempuan yang mau suaminya berpoligami. Karena tidak ada yang paling sakit yang dirasakan perempuan selain hidup dipoligami.Walaupun itu adalah pilihan yang harus dilaksanakan karena alasan-alasan tertentu. Misalnya istri tidak bisa memberi keturunan. Isteri tidak bisa melayani kebutuhan seks karena sakit dan sebagainya. Kondisi perempuan semacam ini membuat perempuan terpaksa merelakan suaminya berpoligami, biarpun kenyataan yang dia terima sangat pahit. Apalagi seorang suami melakukan poligami hanya karena situasi yang membuat nya harus hidup berpoligami. Situasi karena sudah terbiasa dengan poligami. Dengan kata lain keenakan berpoligami tanpa memikirkan akibat yang akan terjadi. Ini sering dilakukan oleh suami-suami yang egois yang mementingkan hawa nafsu ketimbang perasaan. Apa mungkin suami yang semacam ini bisa memberikan keadilan bagi perempuan.

Sebagai manusia, lelaki tidak mungkin mampu berbuat adil. Oleh sebab itu, sebaiknya laki-laki tidak melakukan poligami. Karena menurut agama Islam poligami dibolehkan kalau sang suami dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya. Apakah masih ada di zaman yang modern ini, dengan ekonomi yang susah, moral yang krisis, suami-suami bisa berlaku adil dalam berpoligami. Tidak ada satu pun di antara kita yang percaya. Kalau pun ada yang berkata bahwa ia bisa adil, semua itu omong kosong. Yang ada cuma sejumlah perempuan yang jadi korban perasaan, kekerasan akibat suami yang tidak bertanggung jawab,yang lebih mendahulukan kepentingan libido sexual.

Kita tidak usah heran, poligami sekarang marak terjadi didalam masyarakat luas. Walau poligami telah diatur dalam undang-undang, namun tetap saja perempuan yang jadi korban menaggung akibatnya. Saya yakin tak ada suami yang sukses dan bisa berlaku adil dalam berpoligami. Biasanya kunci sukses dalam poligami adalah bohong dan terus berbohong. Wajarlah kalau kita sempat dibuat bingung ketika ada yang bilang suami yang berpoligami itu baik dan bisa adil. Sampai sekarang kita belum bisa melihat adil yang seperti apa yang bisa diberikan oleh suami yang berpoligami. Misalnya seorang suami yang berpoligami sampai 3 orang istri, dan tiap-tiap istri bisa memberi dia keturunan 3 atau 4 orang anak. Lantas bagaimana suami bisa memberi keadilan kepada keluarga? Yang pasti perempuan-perempuan ini jadi korban kekerasan akibat suami yang tidak adil, karena mereka harus mencari nafkah sendiri untuk membiayai rumah tangga mereka . Hal yang sangat disayangkan adalah, kenapa perempuan-perempuan masih ada yang mau hidup dengan suami yang berpoligami. Bahkan ada yang tenang-tenang saja, seperti tidak terjadi apa-apa. Mereka tidak sadar kalau kekerasan dan pelecehan telah menggerogoti kebahagiaan mereka.

Kalau dipikir-pikir poligami sama sekali tidak ada manfaatnya bagi perempuan. Namun sebaliknya poligami adalah sebuah tindakan yang mendiskriminasikan perempuan dan menempatkan perempuan pada posisi yang sangat lemah bahkan tak berdaya sama sekali. Ketika perempuan menyadari tak ada manfaat dari poligami, maka perempuan memilih hidup sendiri, mencari nafkah dan membesarkan anak-anaknya sendiri. Lantas dimana letaknya tanggung jawab kaum lelaki sebagai pemimpin bagi kaum perempuan. Karena kaum lelaki diciptakan lebih oleh Tuhan. Mungkinkah kaum lelaki memanfaatkan kelebihannya itu untuk berpoligami mengumbar hawa nafsu dan menyakiti perempuan.

Nah saudara pembaca yang setia!. Kita tak usah menyesali kenapa poligami harus terjadi dan menjadi pilihan kaum lelaki. Mari mulai sekarang kita sama-sama mencegah terjadinya poligami sehingga perempuan-perempuan kita bisa mendapat sedikit keterangan dan tempat yang layak sebagai pendidik anak bangsa yang akan meneruskan cita-cita kita dimasa yang akan datang. Amin………

sumber : Yurdani Is

3 komentar:

  1. Bila ini terjadi atasilah dengan menganggapnya sebagai suatu kritikan untuk Anda. Percuma saja bila emosi Anda terpancing karena dia tidak akan mengubah pendapat

    BalasHapus
  2. dalah sebuah tindakan yang mendiskriminasikan perempuan dan menempatkan perempuan pada posisi yang sangat lemah bahkan tak berdaya sama sekali. Ketika perempuan menyadari tak ada manfaat dari poligami, maka perempuan memilih hidup sendiri, mencari nafkah dan membesarkan anak-anaknya sendiri. Lantas dimana letaknya tanggung jawab kaum lelaki sebagai pemimpin bagi kaum perempuan. Karena kaum lelaki diciptakan lebih oleh Tuhan. Mungkinkah kau

    BalasHapus
  3. dalah sebuah tindakan yang mendiskriminasikan perempuan dan menempatkan perempuan pada posisi yang sangat lemah bahkan tak berdaya sama sekali. Ketika perempuan menyadari tak ada manfaat dari poligami, maka perempuan memilih hidup sendiri, mencari nafkah dan membesarkan anak-anaknya sendiri. Lantas dimana letaknya tanggung jawab kaum lelaki sebagai pemimpin bagi kaum perempuan. Karena kaum lelaki diciptakan lebih oleh Tuhan. Mungkinkah kau

    BalasHapus

Maaf tidak memanfaatkan web ini untuk beriklan, karena kami akan menghapusnya.

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.